Thursday, October 4, 2007

Catatan Perjalanan di teluk Tambu


Menyusuri tepian pantai berpasir putih di pagi hari, sambil menyapa para nelayan yang sibuk mempersiapkan peralatannya untuk melaut hari itu seperti membangkitakan gairah tersendiri buatku,

Semilir angin yang berhembus lembut, seolah sengaja menyapa semua yang ada di tepi pantai itu dengan keramahannya..

Suasana pagi di teluk itu begitu indah, siapapun yang mengagumi keindahan pasti akan betah disana..

Teluk Tambu, begitu dinamakan masyarakat setempat berdasarkan salah satu nama Desa yang ada di sekitar pesisir Teluk itu, Desa Tambu. Teluk ini secara administratif terletak di wilayah pantai barat kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Waktu tempuh dari Kota Palu ibu kota propinsi Sulawesi Tengah kurang lebih 3-4 jam dengan meggunakan kendaaran sepeda motor ataupun mobil.

Ya aku merasa betah di sana…

Siang harinya, aku sempatkan mengobrol dengan beberapa orang nelayan yang kebetulan sengaja tidak melaut hari itu karena kondisi akhir-akhir ini yang tidak menguntungkan menurut mereka. Satu persatu nelayan itu mulai bercerita, lebih tepat mungkin curhat. Menurut masyarakat setempat yang mayoritas adalah nelayan tangkap di Teluk itu, hasil ikan dari Teluk Tambu sangat melimpah dan memang terkenal sehingga tidak heran jika banyak nelayan dari luar (yang bukan nelayan pesisir teluk Tambu) ikut memanen hasil laut di Teluk itu.

Empat bulan terakhir ini, para nelayan di sekitar Teluk mulai resah…

mereka tidak lagi memperoleh hasil tangkapan ikan yang melimpah, bahkan sering tidak mendapatkan hasil tangkapan sama sekali setelah berhari-hari melaut. Para nelayan itu juga menyampaikan keluhan-keluhan terkait dengan aktivitas-aktivitas nelayan dari luar yang cenderung merusak, seperti melakukan pemboman ikan untuk memperolah hasil yang banyak dalam waktu yang singkat, padahal itu sangat berakibat fatal bagi kondisi perairan teluk. Aktivitas destructive fishing seperti itu menyebabkan rusaknya habitat dalam laut seperti terumbu karang yang merupakan tempat hidup ikan-ikan selama ini. Sehingga tidak mengherankan lagi apabila hasil tangkapan para nelayan teluk kini menurun tidak seperti biasanya. Karena ikan-ikan itu sudah tidak ada lagi disana ketika tempat hidup mereka dirusak.

Minimnya pengetahuan tentang pelestarian lingkungan untuk kehidupan yang berkelanjutan serta desakan kebutuhan ekonomi, menjadi salah satu alasan bagi para nelayan untuk melakukan illegal fishing/destructive fishing tersebut. Harusnya pemerintah daerah lebih peka terhadap masalah-masalah ini dan dicarikan solusi yang tepat. Misalnya dana pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) yang dikucurkan setiap tahun bisa menjadi salah satu jawaban atas masalah ini apabila distribusinya benar-benar tepat sasaran. Dengan demikian dapat meminimalisir aktivitas destructive fishing para nelayan atau mungkin bisa membawa perubahan yang lebih berarti sehingga mereka tidak melakukan aktivitas itu lagi.

Setelah puas mengobrol dengan para nelayan itu, aku pamit pada mereka..

Hari sudah sore ketika aku meninggalkan pantai berpasir putih itu,

Aku bergegas menuju sebuah rumah panggung khas pesisir, tempat aku menginap semalam. Tuan rumah menjamuku dengan ikan bakar seadanya namun sangat lezat, menurut mereka ikan tersebut hasil dari memancing selama dua hari, padahal biasanya tidak sampai seharian pasti hasilnya bisa lebih dari yang ada di atas meja makan itu..

Benar-benar disayangkan jika asset seperti ini tidak terjaga dan tidak bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya…

Hhhmmm…

Sekembalinya aku dari sana segera kutulis catatan ini, agar aku ingat janjiku untuk segera kembali lagi kesana, ke Teluk indah itu… ya sekalian juga wisata pengorganisiran… (seperti kata seorang temanku) ^-^

No comments: