Terusik
unek-unek Panji ‘the big picture’ yang ditulis di blognya http://www.pandji.com/bbm/ . Aku coba
mengomentarinya dalam tulisan ini.
Soal BBM naik
saya tidak setuju jika alasannya memudahkan pengalihan subsidi untuk
pembangunan terutama perbaikan infrastruktur, pelayanan kesehatan dan
pendidikan.
Pertama,
perbaikan infrastruktur jika si Panji itu hanya mengunjungi NTT sekali dan
mampu mendapat gambaran tentang kondisi wilayah yang di’anaktirikan’ di negeri
ini maka saat ini saya member gambaran lebih luas lagi dengan kondisi wilayah
yang saya tinggali sejak lahir dan tak berbeda jauh seperti di NTT. Perbaikan
infrastruktur yang setengah hati, jelas tak mendukung kemudahan aktivitas
masyarakat di daerah ini. Dari Zaman Orla, Orba hingga Reformasi Kebablasan ini
tak banyak yang berubah selain jumlah penduduk yang terus bertambah juga
perilaku korup aparat Negara yang merajalela. Daerah yang terkenal sebagai zona
konflik di pulau Sulawesi ini memang daerah yang jauh tertinggal dibanding
wilayah Utara dan Selatan Sulawesi, saat inipun Gorontalo yang merupakan
propinsi baru geliat berkembangnya sangat nampak semetara daerah yang saya
tinggali ini seperti berlari di treatmill alias berlari-lari di tempat :D
Kembali ke soal
infrastruktur, ada hal yang menarik disini ketika produksi Jagung di salah satu
kabupaten melimpah namun terkendala mobilisasinya ke ibukota propinsi akibat
kondisi jalan yang rusak dan memakan waktu tempuh yang cukup lama, kabupaten
ini memilih memasarkan Jagungnya ke Gorontalo yang jika dikalkulasi secara
ekonomi jauh lebih menguntungkan karena efisien dari segi waktu dan tenaga
serta harga jualnya sebanding. Dan tak heran kemudian, Gorontalolah yang
terkenal sebagai daerah penghasil Jagung bukan Sulawesi Tengah L
Jalan Trans Sulawesi Rusak Parah |
Sekarang, mari
bicara kenapa BBM naik tak berkorelasi langsung dengan perbaikan infrastruktur.
Kalo BBM naik, secara otomatis harga barang juga pasti naik. Lihat saja, BBM
belum naik harga barang sudah naik lebih dulu. Begitu pula dengan bahan
bangunan, material untuk pembangunan infrastruktur juga pasti naik harganya
dank arena perilaku korup di Negara ini udah membudaya bahkan menjadi penyakit
kronis yang sulit disembuhkan, dana untuk pembangunan infrastruktur tadi juga
pasti akan dikorupsi dan hasilnya adalah infrastruktur abal-abal yang mulusnya cuma
sekejap rusaknya bertahun-tahun sampai ada lagi alokasi dana untuk perbaikan
infrastruktur. Contoh sederhana, jalur pantura yang diperbaiki setiap tahun
menjelang mudik lebaran dengan anggaran mencapai 200milyar bahkan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Sementara di wilayah timur Indonesia, tak
semudah itu melakukan perbaikan infrastruktur, kalo ada jalan trans yang
terputus akibat tersapu banjir atau longsor pasti warga setempat yang
berinisiatif lebih dulu mempebaiki jalan tersebut baru kemudian pemerintah
daerah turun tangan beberapa bulan kemudian setelah ada anggaran perbaikan
dicairkan jika tidak, maka jalan darurat ini akan terus seperti itu.
Sekarang bicara
soal Pelayanan kesehatan, tak berbeda jauh dengan infrastruktur. Program
jamkesmas, askeskin, de el el sampai saat ini tak dinikmati langsung oleh
masyarakat kurang mampu di negeri ini karena ternyata pejabat hingga penjahat
seperti ‘Malinda Dee’ menggunakannya juga untuk operasi radang payudaranya. Di
daerah saya, gak usah ditanya yang bisa akses layanan kesehatan yang disediakan
oleh pemerintah itu hanya orang-orang yang tabah mengurusi berbagai persyaratan
administrasi dan jalur birokrasi yang ribetnya luar biasa alias selalu
dipersulit dengan alasan itu sudah prosedurnya. Alhasil, si sakit harus merogoh
koceknya dulu baru bisa mendapatkan layanan kesehatan.
Sektor Pendidikanpun
tak mau kalah, coba cek bangunan sekolah di daerah saya berapa banyak yang
layak dan yang tidak layak dijadikan tempat belajar mengajar perbandingannya
1:10. Selain itu listing penerima beasiswa di sekolah-sekolah pasti bukan
golongan tidak mampu tetapi yang berprestasi sementara yang paling banyak
berprestasi itu adalah anak-anak yang orangtuanya sanggup membelikan susu,
makanan yang bergizi sehingga otaknyapun encer. Nah kalo BBM naik, boro-boro
beli makanan bergizi buat beli beras aja susahnya minta ampun.
Berikutnya soal
debat kusir para politisi atas kebijakan naiknya harga BBM, kalo naik turunnya
harga BBM itu jadi komoditas politik semata ya jangan terjebak pada soal itu.
Tetapi lebih melihat apa manfaatnya untuk rakyat jika BBM naik atau tidak, jika
tidak bermanfaat dan justru lebih mencekik leher para rakyat ya sebaiknya
ditolak kebijakan itu bukan karena alasan mendukung partai oposisi. Kalo
alasannya soal subsidi, coba dicek dulu pengguna BBM bersubsidi paling besar di
negara ini siapa? Rakyat menengah ke bawah, nah jika subsidinya dipangkas maka
yang akan menjerit itu bukanlah pembuat kebijakan atau yang memangkas subsidi
atau yang berdebat kusir soal kebijakan itu.
Nah, jika kenaikan
BBM alasannya untuk pengembangan energy alternatif, pertanyaannya adalah sejauh
mana ini efektif tanpa kebijakan pembatasan penggunaan BBM ataupun dengan
pembatasan penggunaan BBM. Kalo BBM naik lalu ada pembatasan penggunaan BBM, sementara
peralatan yang kita pake sehari-hari masih bergantung pada BBM itu ya sama saja
nyuruh orang beli motor tapi harus jalan kaki:D Akan tetapi pengembangan energy alternatif ini
juga menarik jika diseriusi pemerintah yang tentu saja harus diikuti dengan
alih teknologi agar dapat menungjang pemanfaatan energy alternatif tersebut.
Yang jadi masalah, komitmen pengembangan energy alternatif itu hanya sebatas
komitmen aplikasinya nol besar. Perbandingannya seperti kebijakan pengurangan
emisi dengan menerbitkan inpres No.10 th.2011 tentang moratorium penebangan
hutan sementara di saat yang bersamaan izin di sektor pertambangan dan
perkebunan skala besar yang membuka kawasan hutan juga diterbitkan dengan
alasan pembangunan ekonomi maka investasi harus tetap digenjot.
Kebetulan saat
ini momen peringatan hari bumi atau Earth Day (22 April), energy alternatif
memang pas dibicarakan sebagai bagian dari upaya menyayangi bumi yang kita
tinggali ini. Sekilas mereview beberapa tahun lalu ketika seluruh dunia mulai
dihebohkan dengan ancaman pemanasan global lalu perubahan iklim yang terjadi
seketika itu juga semua orang mulai berbicara energy alternatif yang ramah
lingkungan, semangat ‘go green’ mulai bermunculan begitu pula dengan biofuel,
biodiesel, bioenergy mulai akrab terdengar di telinga. Namun belakangan surut
karena harga energy alternatif ini sulit dijangkau dan semua orang masih
menentukan pilihan pada energy fosil. Di negara penghasil energy seperti
Indonesia inipun sulit menekan harga karena teknologinya masih tertinggal,
padahal apa yang kita tidak miliki disini??? Ya, kita memiliki semuanya di
negara yang kaya ini dari energy fosil hingga energy alternatif yang dapat
diperbaharui itu kita miliki hanya saja kita tidak ber’HAK’ atasnya! Kenapa,
karena semua sudah terjual, semua sudah tergadai. Blok Migas di Natuna, siapa
yang menguasai? Blok Migas di Tiaka siapa yang menguasai? Blok Migas di Donggi Senoro
siapa yang menguasai? Blok Migas di Surumana siapa yang menguasai? Jawabannya :
Bukan Indonesia! Ironi bukan…L Ada yang cukup membuat iri dan
harusnya pengambil kebijakan di negara ini resah, Blok Migas Donggi Senoro yang
dikuasai Mitsubishi Jepang ternyata hasil produksinya mampu mengamankan pasokan
energy negara matahari terbit itu sampai tahun 2022. Semetara Indonesia ??
justru mengalami krisis energy di seluruh wilayahnya dan entah kapan teratasi. Ya
memang susah memprediksi kapan akan teratasi jika pemimpin negara ini selalu
galau dan lebih sibuk membuat album..:p
Berhubung hari
ini hari Kartini, saya coba menyinggung sedikit hubungan Earth Day, BBM dan
Kartini. Di era yang katanya emansipasi ini, harusnya para Kartini-Kartini
modern lebih peka pada soal-soal yang berhubungan dengan kepentingan rakyat
banyak seperti polemik kebijakan naiknya harga BBM. Bukan hanya berlomba-lomba memenuhi
kuota 30% perempuan di senayan, lalu jadi koruptor atau penonton atau bahkan
sekedar pemanis ruang sidang. Juga tidak bangga hanya dengan kegiatan lomba
masak-memasak pada peringatan hari Kartini atau fashion show yang lebih mengandalkan kecantikan tanpa isi kepala. Perempuan
harus menjadi bagian penting dalam proses pengambilan kebijakan di negeri ini,
karena jika BBM naik atau Bumi ini mengamuk alias terjadi bencana de es be…
yang paling rentan menjadi korban adalah perempuan. Kartini modern tidak hanya
cantik, tapi juga cerdas dan peka terhadap situasi di sekitarnya jika tidak
seperti itu maka maka habis gelap, terangpun tak kunjung terbit.. :D
So, kenaikan
harga BBM harusnya tidak terjadi sebelum negeri ini bersih dari koruptor,
pengembangan energy alternatif serius dilakukan, proses alih technology telah
disiapkan dan rakyatnya telah beradaptasi dengan baik, dan yang paling penting
adalah negeri ini harus berdaulat atas sumber daya alamnya. Jika tidak seperti
itu, maka BBM naik sama artinya dengan menggali kuburan sendiri. :)
3 comments:
Energy dan Kartini...!!!
Hmmm... dua-duanya dibutuhkan, dan membutuhkan pengelolaan yg bijak...!!!
Mantap Mama Raka...!!!
Energy dan Kartini...!!!
Hmmm... dua-duanya dibutuhkan, dan membutuhkan pengelolaan yg bijak...!!!
Mantap Mama Raka...!!!
Thanks ya Ojan... :)
Post a Comment