*untuk
pelestarian Danau Poso dan Pembangunan Poso atau hanya sekedar rutinitas
tontonan belaka ??
Masih dalam pengaruh rasa kantuk siang bolong, samar-samar
saya mendengar mobil bersound speaker besar melewati rumah dengan penggalan
kalimat “dalam rangka perayaan Festival Danau Poso (FDP) diharapkan kepada
seluruh warga masyarakat Tentena dan sekitarnya untuk memasang umbul-umbul di
depan rumah dari tanggal 26 okt-6 november 2016” kira-kira begitu isi pesan
suara yang disampaikan berkeliling oleh petugas yang berada dalam mobil
tersebut.
Saya pun bergumam, FDP lagi… rutin setiap tahun digelar acara
ini meskipun ulasannya tidak makin membaik, tapi tak mengapa untuk tetap
optimis hhhmmm….
Karena penasaran, saya coba menelusuri dunia maya ingin tahu
lebih banyak seheboh apa pemberitaan ataupun sambutan masyarakat dunia maya
terkait rencana gelaran festival ini. Sebab pikir saya, jika di dunia nyata
biasa biasa saja, di dunia maya bisa jadi luar biasa. Tidak seperti dugaan
saya, tak ada yang istimewa hanya ada satu link
berita surat kabar online dan beberapa cuplikan berulang pada surat kabar nasional
terkait pemberitaan tahun tahun sebelumnya. Lumayanlah daripada tidak sama
sekali, pikir saya menghibur diri. Sayapun bergeser ke media sosial masih
dengan rasa penasaran tadi dan cukup melegakan melihat antusias beberapa kawan,
sodara dan sahabat terkait gelaran ini karena terlibat langsung atau sebatas
merasa jadi ‘host’ tidak langsung dari agenda tahunan pemerintah daerah ini.
Malam harinya, ketika nongkrong di teras rumah saya melihat
perahu nelayan ‘toponyilo’ melintas menantang dingin malam untuk berburu sogili
atau ikan mas Danau Poso. Pemandangan ini menyentak saya tentang beberapa
kearifan lokal, tradisi dan lokasi lokasi pusat kebudayaan yang ada di sekitar
Danau Poso yang harusnya dilestarikan melalui ajang bergengsi seperti Festival
Danau Poso yang justru jauh lebih penting dari pemilihan putra putri pariwisata
atau konser musik dengan artis wow
saja seperti yang sudah-sudah selama ini.
Sayapun coba mengingat beberapa lokasi seperti Goa Pamona, Watumpangasa Angga, Taman
Anggrek Alam Bancea, Watu Rumongi, yang kondisinya makin memprihatinkan
tanpa perawatan sementara selalu saja dipromosikan dan di ajak orang-orang
untuk datang melihat atau mengunjungi. Tidak usah jauh-jauh lokasi khusus untuk
pagelaran acara festival danau poso kini lebih layak menjadi pajangan saja ketimbang
difungsikan sebagaimana seharusnya. Semua
itu adalah ikon daerah yang bisa menjadi kebanggaan atau identitas karena nilai
sejarah dan budayanya, karena tak terawatt, terabaikan lambat laun akan hilang
dan hanya tinggal cerita suatu hari nanti.
Saya sebagai warga Tentena, kabupaten Poso yang bangga akan
daerah ini tidak pesimis dengan gelaran festival danau poso yang akan
dilaksananakan pekan depan oleh pemerintah daerah, tetapi saya mencoba berbagi
kegelisahaan tentang arah pembangunan daerah ini dan upaya mempertahankan
eksistensinya saat sedang berbenah diri. Acara mewah dan meriah tidak menjamin
kualitas dari sebuah acara jika targetnya sebatas momentum saja, namun jika
ingin target pembangunan daerah dengan mengedepankan pelestarian danau poso
melalui perbaikan sektor pariwisata tidak ada salahnya ‘mengemas ulang’ gelaran
Festival Danau Poso yang lebih ‘menghidupkan’ Danau Poso juga masyarakat di
sekitarnya tidak hanya sekali setahun tetapi berkelanjutan.
No comments:
Post a Comment